GAYATRI PENUNGGU ALAS PURWO
GAYATRI
Hutan belantara Alas Purwo di Kabupaten Banyuwangi, Jawa
Timur, diketahui memiliki banyak cerita misteri.
Puluhan ribu orang mengunjungi hutan ini tiap tahunnya, baik
tujuan wisata ataupun kepentingan lain-lain, mulai dari orang biasa hingga setingkat
pejabat kelas atas.
Dari sederet kemistisan ada satu sosok wanita yang sudah
tenar menghuni Alas Purwo dia adalah Gayatri. Sosok mistis yang berwujud wanita
berparas elok dengan penampilan manusia berusia separuh abad.
Dari cerita yang beredar, Gayatri memiliki penampilan sopan.
Mengenakan kebaya kuno khas adat Jawa dengan motif garis berwarna tinta dengan
warna senada dan ada selendang di bahu kanannya.
SUMPAH POCONG: BACA DI SINI.
Berdasarkan cerita masyarakat, Gayatri memiliki postur tinggi
kurang dari 170 cm. Wanita mistis ini terlihat anggun dan cantik meskipun tanpa
riasan wajah. Rambutnya berwarna hitam, digelung membentuk sanggul dengan
riasan tusuk jepitan yang terbuat dari kayu.
Meski Bukan dari golongan manusia, sosok Gayatri tidak
memiliki aura yang menyeramkan.
Tidak semua manusia bisa bertemu dengan sosok ini, diyakini
hanya orang-orang tertentu saja yang berkesempatan berjumpa atau bisa berbincang
dengan Gayatri.
Gayatri memiliki tutur kata khas orang Jawa. Dari
perawakannya menunjukkan bahwa sosoknya berasal dari golongan bangsawan. Suaranya
halus dan pelan.
Saat berinteraksi dengan manusia, aroma sosok ini begitu
harum mirip pewangian bunga melati. Konon Gayatri adalah sosok ibu dibalik
sejarah agung Kerajaan Majapahit atau sebelum negara Indonesia ada.
Berdasarkan jurnal yang ditulis oleh mantan Duta Besar Kanada
untuk Indonesia kala itu, wanita mistis ini memiliki nama Gayatri Rajapatni. Gayatri
adalah putri bungsu Sri Maharaja Kartanegara Raja Singosari
Gayatri digambarkan sebagai sosok Prajnaparamita atau Dewi Kebijaksanaan
tertinggi yang telah melahirkan raja-raja setelahnya.
Gayatri adalah istri dari Raden Wijaya, raja pertama
Majapahit.
****
Salah satu karyawan perusahaan ternama di Indonesia Purnomo
menceritakan pengalamannya saat ia berjumpa dengan Gayatri di Alas Purwo.
Di penghujung Agustus 2010 silam ia bersama rekannya terlibat
dalam sebuah ekspedisi di Pesisir Selatan Kabupaten Banyuwangi. Purnomo dan
rekannya ini memulai ekspedisi dari pantai Grajagan di Kecamatan Purwoharjo.
Karena medan yang terjal keduanya memutuskan untuk menunggangi motor trail
sewaan.
Di hari kedua.
SUMPAH POCONG: MONGGO BACA DI SINI
Ekspedisi berlanjut ke Pantai Pulau Merah, kemudian berlanjut
ke Pantai Pancer dan Rajegwesi.
Di ujung ekspedisi keduanya akhirnya sampai di Pos Pancur. Lokasi
ini masuk ke dalam wilayah Taman Nasional Alas Purwo.
Menjelang malam keduanya memutuskan untuk bermalam di sebuah
warung dengan konstruksi kayu, separuh bangunannya terbuka.
Saat itu suasana cukup redup, maklum di tahun 2010 kala itu
sumber listrik berasal dari tenaga diesel, lampu tersebut akan mati tepat pada
Jam 21.00 selebihnya mereka mengandalkan penerangan dari nyala api lilin.
Keduanya tidak sepenuhnya kesepian karena suara serangga dan
hewan nokturnal saling bersahutan.
“Kami tidur di warung di sebuah kursi panjang dan posisi kami
bersebelahan. Cuma disekat meja panjang,” kata Purnomo.
Meski memaksa memejamkan mata namun rupanya itu sulit
dilakukan suasana saat itu membuat Purnomo harus terjaga sepanjang malam.
Tak berselang lama hal tak masuk akal pun terjadi. Kabut
tipis perlahan mulai menyelimuti, disusul hawa dingin yang lumayan menusuk.
Karena kabut ini, pandangan mereka pun terbatas. Samar-samar
mulai tercium aroma mirip wangi bunga melati.
Sontak suasana ini membuat prasangka bergejolak.
Dari dalam kabut itu muncul sesosok menyerupai manusia
berjalan pelan menghampiri mereka di warung, semakin dekat aroma wangi bunga
melati semakin menyengat pula.
Purnomo baru menyadari sosok tersebut setelah duduk di ujung
kursi panjang tempat mereka berbaring. Dari posisi duduk itu wanita ini
kemudian menoleh dan menaruh pandangannya. “Kang Mas,” ucap wanita tersebut
mencoba menyapa dengan melirik.
Purnomo hanya termangu merinding dirasuki ketakutan membalas
sapa wanita itu dengan senyum terpaksa diikuti anggukan kepala.
Jantungnya berdegup kencang, pikirannya mencoba menolak apa
yang ada di hadapannya, namun matanya tidak bisa berbohong bahwa sosok ini
kasat mata masih dalam keadaan terdiam.
BILAL MAYIT: BACA DI SINI, NGGEH
Sosok wanita ini kemudian mencoba mendekat menggeserkan
posisi duduknya ke arah Purnomo. Jantung Purnomo semakin berdetak kencang, dia
hanya pasrah dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Sosok wanita tersebut menyebutkan namanya kepada Purnomo. Selang
beberapa saat setelah wanita ini memperkenalkan dirinya dengan nama
Gayatri kemudian mulai bercerita.
Dari ceritanya inilah Purnomo mengetahui bahwa Gayatri sudah
lama tinggal di Alas Purwo Banyuwangi, tepatnya ribuan tahun lalu, jauh sebelum
negara Indonesia ada.
Mendengar cerita Gayatri, Purnomo hanya bisa melempar senyum
layaknya orang bodoh sembari terkadang diikuti anggukan kepala.
Seolah mengerti bahasa tubuh Purnomo, Gayatri hanya meminta Purnomo
untuk mendengarkan ceritanya. “Dengarkan saja, ya,” kata Gayatri.
Purnomo tidak bisa seluruhnya menerjemahkan ucapan Gayatri,
karena sosok ini menggunakan bahasa Jawa dan ada beberapa kosakata yang tidak
diketahui Purnomo, kemungkinan potongan kata tersebut merupakan bahasa Sangsekerta
Dari pertemuan singkat tersebut Purnomo mengatakan bahwa
Gayatri mengemban sebuah tugas abadi, yakni untuk menebar kedamaian melalui perilaku
dan tutur kata bukan hanya ke sesama manusia tapi juga kepada makhluk lain
ciptaan yang Maha Kuasa.
“Saya pamit, Mas,” kata Purnomo menirukan kalimat penutup
yang diucapkan Gayatri di penghujung pertemuan mereka.
Purnomo masih juga terdiam hanya bisa menyaksikan sosok
Gayatri tersebut berjalan pelan menjauh di kegelapan hutan dan tidak lagi
kelihatan. Perlahan wangi bunga melati juga memudar.
Setelah pertemuan tersebut sebuah rasa kantuk mendorong untuk
tertidur.
Tidak peduli seberapa kuat ia melawan namun dorongan untuk
tidur tersebut begitu kuat hingga pagi tiba Purnomo masih bertanya-tanya apakah
pertemuan semalam itu nyata?
Tak sempat berpikir lebih, Purnomo Kemudian dikagetkan oleh
petugas Taman Nasional Alas Purwo yang menghampirinya. Ternyata petugas
tersebut mengetahui kejadian yang dialami Purnomo saat malam hari dengan sosok
Gayatri. “Mas, Sampean tadi malam disambangi, ya. Itu namanya Diajeng Gayatri.
Saya kerap jumpa dengannya,” kata petugas tersebut kepada Purnomo.
Petugas ini mengakui meski kerap berjumpa sosok Gayatri,
namun dirinya dan petugas lainnya tidak pernah mendapatkan gangguan.
Gayatri dikenal sebagai makhluk tak kasat mata yang berbudi
luhur dan baik perilakunya.
“Cantik memang. Diajeng Gayatri ini ramah dan sopan. Tidak
suka jahil kepada manusia, tapi ya begitu. Kita tidak bisa menemuinya, hanya
dia yang bisa menemui kita,” ujar petugas tersebut.
Cerita Purnomo berlanjut di awal tahun 2020 tepat seminggu
sebelum pandemi covid-19 menjajah Indonesia kala itu.
Purnomo berboncengan menggunakan motor dengan anak dan
istrinya untuk berwisata di Alas Purwo.
Siang hari Purnomo kembali dijumpai oleh sosok Gayatri. Lagi-lagi
jantung Purnomo berdegup cepat tapi tidak sekencang pertemuan pertama di tahun
2010 silam.
Penampilan Gayatri menurut Purnomo masih sama. “Terakhir saya
ketemu di depan Pura Kawitan Alas Purwo. Pakaiannya tetap warna hitam tinta
pakai kebaya dan wajahnya juga sama tidak menua,” kata Purnomo.
Menurut Purnomo, siang itu sosok Gayatri ini sedang
bersih-bersih. Tampak dari tangannya
yang memegang sebuah sapu, akan tetapi hanya Purnomo yang dapat melihat sosoknya.
Sedangkan istri dan anaknya hanya menyaksikan Purnomo berbincang tanpa lawan
bicara.
“Istri ngomong ke saya. Dia tanya saya habis ngobrol dengan
siapa?” kata Purnomo.
Pada pertemuan ini sosok Gayatri tidak lagi memperkenalkan
dirinya namun kemunculan Gayatri ini tetap ditandai dengan aroma wangi bunga
melati yang cukup pekat, disusul hawa dingin yang tiba-tiba saja menyelimuti.
Selanjutnya Purnomo mencoba memberanikan diri untuk bertanya,
“Diajeng Gayatri, sedang apa di sini?” ucap Purnomo bertanya kepada sosok gaib
tersebut.
“Ini habis bersih-bersih. Sebagai makhluk itu seharusnya ya
patut bersih-bersih kalau kotor itu tidak baik,” jawab Gayatri atas pertanyaan Purnomo.
Saat perjumpaan mereka di depan Pura Kawitan Alas Purwo Banyuwangi,
Jawa Timur.
No comments:
Post a Comment